“Aku
sudah diambang kematian. Tapi aku berharap aku tidak kawatir, karena
aku meninggalkan seseorang sepertimu. Jadilah seorang pemimpin yang
adil, shalih dan penyayang. Rentangkan pengayomamu untuk rakyatmu, tanpa
kecuali, bekerjalah untuk menyebarkan islam. Karena sesungguhnya itu
merupakan kewajiban para penguasa di muka bumi. Dahuluklan urusan agama
atas apapun urusan lainnya. Dan janganlah kamu jemu dan bosan untuk
terus menjalaninya. Janganlah engkau angkat jadi pegawaimu mereka yang
tidak peduli dengan agama, yang tidak menjauhi dosa besar, dan yang
tenggelam dalam dosa. Jauhilah olehmu bid’ah yang merusak. Jagalah setap
jengkal tanah islam dengan jihad. Lindungi harta di baitul maal jangan
sampai binasa. Janganlah sekali-kali tanganmu mengambil harta rakyatmu
kecuali dengan cara yang benar sesuai ketentuan islam. Pastikan mereka
yang lemah mendapatkan jaminan kekuatan darimu. Berikanlah
penghormatanmu untuk siapa yang memang berhak.”
“Ketahuilah,
sesungguhnya para ulama adalah poros kekuatan di tengah tubuh negara,
maka muliakanlah mereka. Semangati mereka. Bila ada dari mereka yang
tinggal di negeri lain, hadirkanlah dan hormatilah mereka. Cukupilah
keperluan mereka.”
“Berhati-hatilah,
waspadalah, jangan sampai engkau tertipu oleh harta maupun tentara.
Jangan sampai engkau jauhkan ahli syari’at dari pintumu. Jangan sampai
engkau cenderung kepada pekerjaan yang bertentangan dengan ajaran islam.
Karena sesungguhnya agama itulah tujuan kta, hidayah itulah jalan kita.
Dan oleh sebab itu kita dimenangkan.”
“Ambilah
dariku pelajaran ini. Aku hadir ke negeri ini bagaikan seekor semut
kecil. Lalu allah memberi nikmat yang besar ini. Maka tetaplah di jalan
yang telah aku lalui. Bekerjalah untuk memuliakan agama islam ini,
menghormati umatnya. Janganlah engkau hamburkan uang negara,
berfoya-foya, dan menggunakannya melampaui batas yang semestinya.
Sungguh itu semua adalah sebab-sebab terbesar datangnya kehancuran.”